Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

HE SAID ABOUT INDONESIA

HE SAID ABOUT INDONESIA By: Oktaviana Nikmah WD Grandpa, He said Indonesia has been independent But why so many people are suffering? They said Indonesia is a rich country But why are many poor people getting miserable? The Constitution said Indonesia is a Law State But why is there no justice in it? Grandpa, Until what time our country like this? Until Pancasila is just a word The Constitution is just a story Bhineka Tunggal Ika without meaning Rules of law are increasingly insane Money who talks the positions that control Rotting promise everywhere Or maybe Until this coffee just will be enjoyed by the rulers only And ruined our country!

UNTUK PEREMPUAN PEMUJA KEKASIHKU

Kepada banyak hati yang menginginkan kekasihku, aku memahami. Dirinya ibarat hiasan batu karang di dasar laut yang dalam menakjubkan. Perhatiannya ibarat tonjokan bertubi-tubi di ulu hati dan menyesakkan. Perkataannya ibarat heroin yang menenangkan sekaligus mematikan Ingat! sekali lagi, aku paham kenapa banyak hati yang mengagumi sosoknya. Karena dia  ibarat kilauan antimateri dengan daya tariknya. Banyak yang mencarinya, dan rela bertaruh satu tahun tanpa istirahat untuk mendapatkannya. Tetapi, untuk kalian jangan pernah berani mencoba mencarinya, membuatnya, apalagi mendapatkannya, karena hanya aku yang mampu melakukannya. Ah, maaf. Ada kecemburuan yang saat ini sedang meradang dalam diriku. Kalian tidak bersalah, kekasihku juga tidak salah. Aku yang seharusnya terus mengingatkan diri, mana cinta dan posesi. Tapi tak mengapa, silahkan dekati dia. Jika suatu saat nanti aku tergantikan oleh kamu atau kamu atau diantara kalian, ingatlah untuk terus menjaganya begitu seterusnya.

LUKA

Gambar
LUKA By: Oktaviana Nikmah WD  Yogyakarta, 18 Maret 2018 Setiap malam kau tidak pernah bosan untuk memintaku beristirahat terlebih dahulu. Melalui sebuah ponsel kau selalu mengingatkanku.  “Dik, istirahatlah.” Aku terdiam sejenak membaca pesan singkatmu dan mengetik sebuah balasan, “aku belum lelah.” Itulah sedikit alasan agar kamu menemaniku menepis rinduku padamu. Handphoneku berkedip, menandakan ada pesan masuk darimu “paksa, rilekskan tubuhmu, istirahatkan fikiranmu.” “mas mau kemana?” balasku. “aku daritadi sibuk.sekarang mau istirahat, daahh.” Balasmu. Aku tertegun kemudian membalas pesanmu, ”iya”. Saat itu aku sedang duduk sendiri hanya ditemani segelas cokelat panas kedua mataku menyaksikan sepasang laki-laki dan perempuan sedang bercanda tawa, berbagi rasa bahagia, dan ya itulah kamu dan dirinya Kamu benar-benar sibuk, mas. Kamu tidak berbohong, kamu jujur. Iya, kamu benar bahwa kamu sedang sibuk mas

KARDUS PENGIKIS RINDU

KARDUS PENGIKIS RINDU By: Oktaviana NWD M alam semakin larut berada di tengah kota ditemani desiran angin yang berhembus menghantam tubuh sampai tulang. Menyentuh urat nadi yang terus berdenyut mengalahkan dinginnya malam. Melihat sibuknya bintang yang menghiasi langit. Mataku terpaku dengan suasana hiruk pikuk kota dengan berbagai macam tingkat sosial yang berbeda, telingaku mendengar ramainya suara kendaraan lalu lalang yang saling berebut atau bahkan sang pengendara yang juga sibuk mengambil hak para pejalan kaki malam itu. Aku melihat banyak orang berkumpul bersama keluarga, pemuda pemudi yang asyik bercengkrama dengan keromantisannya, para pedagang yang sibuk menjadi tulang punggung keluarganya, dan anak-anak kecil berlarian dengan senyum bahkan ketawa kecilnya ditemani balon ditangannya, serta teriakan anak kecil menangis dipelukan atau pangkuan ibunya. Mereka semua membuatku terlena dengan realita yang ada, namun ada satu hal yang membuat penglihatan, pe