BUKIT RHEMA
BUKIT RHEMA
RUMAH DOA BAGI SEGALA BANGSA
Buat temen-temen yang sudah pernah
nonton AADC 2 pasti tidak asing lagi mendengar kata “Gereja Ayam”. Iya, itu loh
tempat syuting mas Rangga dan mbak Cinta yang kebetulan adegan dalam filmnya
mereka berdua berada disebuah ketinggian terus mereka lagi bernostalgia dengan
kenangan-kenangan mereka jaman behula. Nih, aku kasih tau gambarnya waktu mereka
di Gereja Ayam.

“Gimana?
udah ingat nggak?”
“Eits!,
yang diingat mas Rangga dan mbak Cinta aja ya. Kalian jangan ikutan mengenang
kenangan. Duh, rasanya kayak ada manis, asem, kecut dan pahit-pahitnya gitu.”
Jadi gini temen-temen ceritanya,
kemarin waktu hampir detik-detik terkahir aku selesai magang di salah satu NGO
di Yogyakarta yaitu di Institute for Research and Empowerment (IRE), aku sempet
diajak oleh para peneliti yang ada di IRE untuk mengunjungi salah satu
destinasi wisata yang ada di Magelang. Lokasinya pun masih satu jalur dengan
Candi Borobudur. Namun masih agak jauh sedikit. Buat temen-temen yang penasaran
sama alamatnya, silahkan tanyakan langsung pada akung google dan dijamin dia
bisa menjawab apa saja kecuali jodoh yaa kalo jodoh silahkan cari dan temukan sendiri.
Kira-kira kita sampai disana sekitar
pukul 14.00 WIB dan mobil kantor harus diparkir cantik di tempat parkir yang
ada disana karena untuk menuju ke lokasi ini ada dua caranya yaitu berjalan
kaki atau menggunakan mobil jeep yang ada disana. Tentunya bayar yaa untuk
nyewa mobil jeep ini. Cuma aku lupa nggak tanya berapa harga sewa mobil jeep
itu. Berhubung pihak kantor dianggap sebagai tamu disana. Sepertinya sih gratis.
Jadi kita menuju lokasi naik mobil jeep dan jalan menuju kesana sangat menanjak
dan harus extra pegangan kuat biar gak jatuh. Pegangan tangan dengan tangan aja
masih bisa terlepas, apalagi cuma pegangan di kerangka besi mobil jeep.
Haduuuh, pokok pegang erat-erat, se-erat mungkin jangan sampai terlepas.
Sesampainya disana kami disambut
dengan anak pemilik dari pendiri bangunan ini. namanya mas William. Orangnya
tinggi, kulitnya putih, yaa model-model orang cina begitu lah. Aku sebenernya
punya fotonya mas William. Cuma aku belum berani nge-post karena aku gak minta
ijin sama si empunya. Jadi yaa cukup ku ceritakan saja dan semoga kalian bisa
membayangkan. Mas William ini yang sekarang menjadi pengelola tempat ini dan
sekaligus mas William menjadi narasumber kita saat itu.
Menurut hasil wawancara dengan mas
William. Sebenarnya tempat ini namanya bukan
Gereja Ayam tetapi Bukit Rhema. Mas
William juga meluruskan bahwasanya bangunan ini bukan berbentuk ayam tetapi merpati. Dimana simbol merpati merupakan simbol ketulusan dan
kesetiaan. Begini loh temen-temen sejarahnya Bukit Rhema menurut mas William.
Jadi, dulu ayahnya mas William yaitu Daniel Alamsjah (sebut saja pak Daniel).
Pak Daniel dulu waktu masih tinggal dan bekerja di salah satu perusahaan swasta
di Jakarta menerima sebuah petuah atau mimpi yang dimana pak Daniel diminta
untuk membangun sebuah rumah doa di suatu perbukitan asing. Pak Daniel menerima
mimpi itu tidak hanya sekali. Namun berkali-kali.
Suatu ketika pak Daniel berwisata ke
kawasan Borobudur dan bertemu dengan warga setempat bernama Jito. Dia
penyandang disabilitas. Saat itu pak Jito mau ambil kayu bakar di bukit yang
ada di desa Gombong dan kemudian pak Daniel mengikuti pak Jito ini. Nah, sampai
di bukit ini pak Daniel menyadari bahwa bukit ini mirip dengan yang ada di
mimpinya. Akhirnya pak Daniel membangun sebuah rumah doa di bukit ini
menyerupai burung merpati. Namun, proses pembangunan ini sempat berhenti karena
dana yang dimiliki pak Daniel tidak mencukupi dan ekor burung merpati pun belum
jadi sehingga banyak orang menyebutnya bangunan ini mirip ayam. Bangunan ini
bukan hanya sebagai rumah doa, tapi juga pernah dipakai untuk tempat rehabilitasi
narkoba.
“ini bukan
gereja, tapi ini rumah doa bagi segala bangsa”, kata mas William.
Sekali lagi ya, aku mengingatkan ini
bukan Gereja Ayam tetapi ini adalah Bukit Rhema. Tempat ini sebernarnya sudah
lama dibangun hanya saja baru booming saat
mas Rangga dan mbak Cinta syuting disini. Bukit Rhema sendiri adalah rumah doa,
dimana semua orang dari berbagai agama yang berbeda bisa dan boleh berdoa
disini. Bukit Rhema juga menyediakan beberapa tempat untuk setiap individu
dapat berdoa lebih khusuk atau disebut sebagai ruang doa pribadi. Jadi, siapapun bisa datang kesini, berwisata
kesini, dan berdoa di tempat ini.
Oh ya, saat aku berkeliling di dalam
bukit rhema aku tertarik dengan salah satu kalimat dalam sebuah gambar yang
terpajang di dinding bukit dan tepatnya bersebelahan dengan wall of hope yaitu ‘Doa mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin’ semua agama
mengajarkan bagi siapapun yang mengharapkan sesuatu, dia harus berdoa dan
berusaha untuk bisa mengapainya. Sedangkan wall
of hope sendiri adalah tempat dimana semua orang dapat menuliskan semua
impiannya mulai dari kesuksesan sampai jodoh. Aku juga menuliskan beberapa
harapan disana. Setidaknya meninggalkan jejak bahwa aku pernah kesana. Namun,
tetap saja yang bisa mewujudkan sebuah impian adalah terus berdoa dan terus
berusaha. Setelah melakukan keduanya barulah kita tawakal (berserah diri kepada
Tuhan) karena Tuhan tetap yang menentukan mana yang terbaik untukku kita.
Komentar
Posting Komentar